Tuesday, December 20, 2011

AVERTEBRATA AIR II

UNIRAMIA

Uniramia berasal dari bahasa Latin unus, yang berarti satu dan ramo yang berarti cabang, karena semua apendik pada ruas-ruas tubuhnya uniramus. Terdapat sepasang antena, sepasang mandibel, dan sepasang maksila. Uniramia sebagian besar hidup di darat, beberapa di air tawar, dan sebagian di air laut. Filum Uniramia dibagi menjadi dua subfilum, yaitu subfilum Myriapoda, dan subfilum Hexapoda

A. SUBFILUM MYRIAPODA

Tubuh Myriapoda panjang dan langsing. Pada tiap ruas terdapat sepasang kaki jalan kecuali pada ruas yang paling ujung. Myriapoda terdiri dari empat kelas, diantaranya adalah Chilopoda contohnya kelabang, Symphyla yaitu kelabang kecil yang ukuran tubuhnya kurang dari 8 mm, Diplopoda contohnya luwing, dan Pauropoda yaitu seperti kelabang kecil dan pendek yang panjang tubuhnya kurang dari 2 mm. Sebagian besar merupakan hewan yang hidup di darat namun ada juga yang hidup di laut di daerah pasang surut.

B. SUBFILUM HEXAPODA (INSECTA)

Tubuh Hexapoda terbagi menjadi kepala, thorax, dan abdomen terbagi dengan jelas. Ruas thorax selalu tiga buah dan masing-masing mempunyai sepasang kaki jalan. Abdomen terbagi menjadi sebelas ruas. Semua hexapoda mempunyai dua pasang maksila dan kebanyakan memiliki ocellus dan mata majemuk.

Subfilum Hexapoda dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Apterygota, merupakan serangga yang tidak bersayap, dan Pterygota merupakan serangga yang memiliki sayap atau secara sekunder tidak bersayap.

1. Kelas Apterygota

Kelompok Apterygota terdiri dari lima kelas, yaitu Diplurata, Oligoentomata, Myrientomata, Zygoentomata, dan Archeognathata. Kelompok Apterygota tidak mengalami metamorfosa. Apterygota merupakan hewan scavenger, yaitu pemakan bangkai atau dapat memakan serangga yang lebih kecil ukurannya

2. Kelas Pterygota

Pterygota memiliki tiga pasang kaki jalan, dua pasang sayap pada thorax, satu pasang antenna, dan satu pasang mata majemuk di kepala. Umumnya Pterygota hidup bebas, beberapa sebagai parasit dan bersifat sebagai hama. Kelas serangga ini memapu membatasi penguapan air pada tubuhnya karena tubuhnya memiliki kutikula dan sistem trakhea. Serangga juga memiliki variasi bentuk mulut, diantaranya adalah mulut untuk memotong atau menggigit, menusuk atau menghisap mangsa. Menghisap madu atau untuk menjilat.

Sayap serangga yang lebih primitif berbentuk seperti jala. Sayap serangga adalah pelebaran atau melipatnya kulit tubuh yang terdiri atas dua lapisan kutikula. Pada bagian yang mengandung pembuluh darah terjadi penebalan kutikula sehingga berfungsi sebagai rangka penunjang sayap. Bagian kutikula yang menebal dan keras dinamakan sklerit. Kutikula mengandung zat tanduk dan merupakan eksoskeleton atau rangka luar yang terbagi menjadi lempeng-lempeng terpisah. Lempeng tiap ruas dihubungkan dengan selaput penghubung (articular membran) yang terdiri atas lapisan kutikula tipis dan lentur. Kutikula tiap ruas terdiri dari empat helai lempengan, yaitu sebuah tergum dorsal, dua buah pleura lateral, dan sebuah sternum ventral.

Rangka luar arthropoda dihasilkan oleh lapisan sel epitel yang terletak dibawahnya disebut hypodermis. Kutikula terdiri atas lapisan tipis epikutikula dan prokutikula yang lebih tebal. Epikutikula mengandung lapisan lilin. Prokutikula terdiri atas eksokutikula dan endokutikula. Pada eksokutikula mengandung pigmen warna dintaranya adalah coklat, kuning, jingga, merah.

Selama hidup, serangga melakukan proses molting. Molting sendiri terbagi menjadi empat fase, diantaranya adalah Premolt (Proecdysis) merupakan fase persiapan yaitu pada saat lapisan hypodermis memisah dari rangka luar dan menghasilkan epikutikula baru, molt (ecdysis) merupakan saat hewan keluar dari kulit lama, post molt (postecdysis) yaitu peristiwa setelah berganti kulit. Kulit baru masih lunak dan lentur. Hewan bersembunyi karena terjadi pembentukan endokutikula dan pengendapan kalsium karbonat, intermolt atau instar yaitu fase antara pergantian kulit, diantaranya adalah penebalan dan pengerasan prokutikula, mengumpulkan cadangan makanan.

Alat pernafasan serangga umumnya adalah sistem trakhea. Sistem pencernaan sempurna, alurnya adalah makanan masuk melalui mulut, kemudian ke saluran pencernaan melalui pharinx dan masuk ke saluran pencernaan depat (foregut) terdiri dari esofagus, tembolok, dan proventiculus. Saluran pencernaan tengah (midgut) yaitu ventriculus atau lambung merupakan penghasil utama enzim pencernaan dan tempat penyerapan makanan. Saluran pencernaan belakang atau protocdeum terdiri atas usus di bagian anterior dan rektum di bagian posterior, berfungsi sebagai pembuangan sisa pencernaan dan penyerapan air.

Alat ekskresi utama serangga adalah tubulus malpighi dan sistem saraf terdiri atas otak dan saraf ganglia. Reproduksi seksual dan pembuahan terjadi di dalam. Tidak semua serangga mengalami metamorfosa. Apterygota merupakan serangga primitif yang dalam daur hidupnya tidak mengalami metamorfosa. Tingkatan metamorfosa pada kelompok serangga ada tiga macam, diantaranya adalah Paurometabola yaitu metamorfosa bertahap, telur mentas menjadi nimfa dengan bentuk dewasa yang serupa, Hemimetabola merupakan metamorfosa tidak lengkap. Telur mentas menjadi nimfa akuatik dan biasanya memiliki insang tambahan kemudian berkembang menjadi serangga dewasa yang hidup di darat, Holometabola merupakan metamorfosa lengkap. Telur menetas menjadi larva yang aktif bergerak dan makan, metamorfosa menjadi kepompong yang diam tidak makan, akhirnya menjadi dewasa.

HEMICHORDATA

Filum Hemichordata memiliki bentuk tubuh seperti cacing kecil, soliter, atau koloni, dan merupakan benthos di laut. Filum Hemichordata terbagi menjadi dua kelas, yaitu Enteropneusta, dan Pterobranchia.

A. KELAS ENTEROPNEUSTA

Bentuk tubuh seperti cacing dengan ukuran 9-45 cm. Umumnya terdapat di perairan dangkal, di bawah batu dan karang dan meliang dalam lumpur dan pasir.

Tubuh umumnya lunak dan terdiri dari belalai, kelepak (collar), dan badan yang panjang. Pada belalai (probosis) terdapat cillia yang berfungsi sebagai tenaga penggerak dan mengalir butir-butir makanan yang menmpel pada lendir ke mulut. Kelepak berbentuk silinder, bagian anterior menutupi belalai dan bagian ventral terletak mulut. Tepi sisi dorsal badan yang berbatasan dengan kelepak terdapat deretan pori-pori insang yang tersusun longitudinal.

Enteropneusta yang hidup meliang sebagian besar merupakan pemakan bahan organik tersuspensi, yaitu memakan detritus dan palnkton yang melekat pada lendir permukaan belalai. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, pharinx, esofagus, usus, dan anus. Sistem peredaran darah terbuka terdiri dari pembuluh kontraktil dan satu sistem saluran sinus. Darah tidak berwarna.

Enteropneusta merupakan cacing yang mudah putus sehingga sering sekali bentuknya sudah tidak utuh. Cacing ini memiliki daya regenerasi yang besar, sehingga dapat memperbaiki bagian tubuhnya yang rusak. Reproduksi seksual, dioecious dan pembuahan terjadi di luar. Telur mentas menjadi larva tornaria yang berenang bebas.

B. KELAS PTEROBRANCHIA

Merupakan cacing kecil yang hidup di dalam tabung, berkelompok atau berkoloni. Panjang idividu tidak lebih 12 mm. Tubuh terdiri atas probosis yang berbentuk seperti tameng (perisai) dan tangan-tangan yang mengandung tentakel terdapat di bagian dorsal kelepak (collar). Tangan tentakel tersebut disebut tangan lophophore. Tetntakel berfungsi untuk menangkap makanan yang berupa organisme kecil dan disalurkan oleh cillia ke mulut.

Reproduksi aseksual dengan membentuk pertunasan sehingga menghasilkan sebuah koloni yang lebih besar. Reproduksi seksual, dioecious dengan pembuahan terjadi di luar, larva mirip dengan larva tornaria.

CHORDATA

Filum Chordata terbagi menjadi tiga subfilum, yaitu Urochordata, Cephalochordata, dan Vertebrata. Urochordata dan Cephalochordata tidak memiliki tulang belakang sedangkan Vertebrata telah memiliki tulang belakang. Ciri khas chordata adalah memiliki sebuah notochord, sebuah benang saraf yang bolong, celah-celah insang (gill clefts) dan sebuah ekor post anal.

A. SUBFILUM UROCHORDATA

Umumnya hidup sebagai hewan benthik, dan beberapa jenis hidup sebagai plankton. Terdapat 3 kelas, yaitu Ascidiacea, Thaliacea, dan Larvacea.

1. Kelas Ascidiacea

Disebut juga penyemprot laut. Umumnya hidup sessile dan menempel pada karang, cangkang moluska, lunas kapal, atau pada dasar pasir dan lumpur. Bentuk tubuh kecil seperti kantung balon kecil. Mempunyai dua buah bukaan, bucal siphon (sifon air masuk) dan cloacal siphon atau sifon keluarnya air.

Tubuh ascidian tertutup oleh lapisan epitel. Di lapisan luar terbungkus lagi oleh sebuah mantel atau tunic. Mantel tersusun dari zat yang berupa selulosa yang disebut tunicine. Dalam mantel tunicine terdapat sel amoeboid dan sel darah yang bermigrasi dari mesenkhim.

Kebanyakan tunica berukuran kecil dan hidup berkoloni. Individu yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan stolon. Air masuk membawa oksigen dan butir-butir makanan melalui sifon air masuk atau branchial siphon yang terbuka di anterior, kemudian mengalir ke pharinx dan selanjutnya ke atrium, kemudian keluar melalui sifon air keluar.

Tunica merupakan filter feeder, dan reproduksi umumnya bersifat hermafrodit. Ovari terletak di bawah atau di dekat lambung. Spesies soliter biasanya mempunyai telur kecildengan sedikit kuning telur. Sedangkan jenis koloni biasanya mempunyai kuning telur lebih banyak dan telur dierami dalam atrium. Telur menetas menjadi larva appendicularia.

Koloni ascidian terbentuk dengan pertunasan. Tunas tunica disebut blastozooid. Tunas pada Perophora terbentuk dari stolon, yaitu tangkai penghubung antar zooid. Pada Diazona, tunas terbentuk pada daerah abdomen.

2. Kelas Thaliacea

Merupakan tunica pelagis. Hidup soliter atau dalam bentuk koloni. Sifon air masuk dan sifon air keluar terdapat di ujung yang berlainan. Selain untuk pertukaran gas dan makanan, berfungsi juga sebagai alat gerak. Semua hidup sebagai plankton di laut, di daerah tropis, dan subtropis.

3. Kelas Larvacea (Appendicularia)

Tubuh kecil dan transparan. Memiliki notochord dan ekor di belakang anus. Tubuh melengkung membentuk huruf U seperti larva ascidian yang mirip dengan berudu. Semua larvacea merupakan soliter. Mulut terletak di anterior dan anus di ventral.

Larvacea tidak memiliki mantel atau tunic dari selulosa. Permukaan lapisan epitel menghasilkan zat yang berfungsi untuk menyelimuti seluruh tubuh. Pelindung tubuh yang disebut “rumah’ pada Oikopleura berbentuk bulat, dan lebih besar daripada tubuhnya. Pada Fritillaria tubuh berada di luar “rumah” dan organisme berada di bawahnya. Di dalam “rumah” terdapat beberapa rongga yang berhubungan satu sama lain. Reproduksi seksual, hermafrodit.

B. SUBFILUM CEPHALOCHORDATA

Bentuk cephalochordata seperti ikan kecil, panjang antara 4-8 cm. Bentuk tubuh pipih secara lateral dan kepala tidak jelas, kedua ujungnya meruncing. Cephalochordata merupakan penghubung antara avertebrata dan vertebrata.

Cephalochordata biasa disebut lancelet. Merupakan hewan benthik yang hidup di bawah pasir laut dangkal. Dinding tubuh lancelet transparan dan berwarna merah jambu. Tubuh terbagi menjadi kepala, badan, dan ekor. Kepala terdiri dari rostrum, mulut, dan oral cirri. Rostrum berbentuk seperti moncong yang berfungsi sebagai untuk menyingkirkan pasir saat menggali lubang. Mulut dikelilingi oleh oral cirri, yaitu rangkaian tonjolan panjang sebagai alat indera. Pada sisi lateral ventral badan terdapat lipatan metapleura.

Notochord pada lancelet terletak sepanjang tubuh, benang saraf bolong terdapat di sepanjang tubuh, ekor terletak di belakang anus, dan pharinx besar dengan celah insang yang berpasangan. Tubuh Cephalochordata beruas-ruas tampak jelas dari otot renang yang tersusun sepanjang badan, disebut myomere, dan dibatasi oleh myosepta.

Cara makan lancelet adalah dengan menelan partikel bahan organik yang terbawa air masuk melalui mulut. Vestibule (rongga mulut pendek) berfungsi untuk mempercepat aliran air dari mulut ke pharinx. Diantara vestibule dan pharinx terdapat velum yang dilengkapi otot sphincter dan sel indera.

Semua Cephalochordata dioecious dan pembuahan terjadi di luar. Bentuk larva asimetris, mulut yang besar terletak di sisi kepala dan insang di sisi kanan. Selama mengalami metamorfosa yang bertahap, mulut larva menjadi velum sehingga menjadi larva yang simetris bilateral. Selama stadia larva larva hidup sebagai plankton, sedangkan yang dewasa sebagai benthos.

1 comment: